Lanjut ke konten

Cerita hikayat Tomia wakatobi

Maret 4, 2012

ASAL MULA

NAMA WAKATOBI

 

          Pada zaman dahulu pulau wakatobi di datangi oleh para bangsawan dan jawa. Mereka pertama kali datang yaitu dipulau wangi-wangi, konon kabarnya mereka pertama kali menginjakkan kaki di pulau tersebut tercium bau wangi-wangian dan akhirnyapun pulau tersebut dinamakan pulau wangi-wangi.

          Setelah beberapa hari dipulau wangi-wangi, merekapun melanjutkan perjalanan ke pulau sebrang yaitu pulau kaledupa. Setelah sampai di pulau tersebut tercium bau yangmenyengat lagi yaitu bau “ dupa ” dan pulau tersebutpun diberi nama pulau kaledupa.

          Kemudian mereka menyebrang lagi kepulau sebrang yaitu pulau Tomia. Sesampainya disana tiba-tiba ada seseorang yang muncul dari bukit gunung. Orang itu disebut oleh para pendatang dengan nama “mia” atau (manusia). Pulau tersebut pun diberi nama pulau tomia.

          Beberapa hari kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke pulau sebrang yaitu pulau Binongko. Di sana mereka menemukan gunung yang dalam, disebut pula binongko. Dan akhirnya mereka mnyimpylkan dan member nama ke4 pulau tersebut ndengan julukan pulau Wakatobi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ASAL USUL

PENEMAAN TOMIA

          Konon Tanawolio sebagai tempat berpijaknya san putri “kayangan Waliulah”. Di bawah tanah wali khayangan terdapat permandian sang putri Waliulah yang menyenangkan. Dalam pengertian bahasa daerah kata”Tomia” berarti “orang”

          “Tamsil” kepala Sang Putri Kayangan dipulau Binongko telah berlalu dan seterusnya Sang Raja Wali “La Ptuah Sakti” mendayungkan perahu kora-koranya menuju arah Barat Laut ke utama. Menjelang fajar tibalah beliau. Ketika itu Sang Raja melihat orang (dalam  bahasa cia-cianya disebut “orang” atau “mia”) serta mendengar suara gaib “ Tomia” (bahasa mbedha-mbedha). Jadi paduan kedua bahasa (Hambu Epahasia) “omia” dan “Temia” itu, maka lahirlah nama Tomia yang berarti “ada orang” .

          Konon Tomia berarti di Tanah Wali khayangan yang rata dengan diri dengan menanpakkan “buah dadanya” yang mulus indah sehingga sang raja Wali La Patuah Sakti segera memalingkan wajahnya karena silau.

Menurut kajian penulis dengan berdasarkan kenyataan dizaman modern ini bahwa “Tomia” yang berarti “ada Orang” telah menjadi kunjungan para wisata manca Negara. Karena Haebu yang terkandung di dalamnya. Itulah mungkin Haebu (rahasia) “ buah dada Temia” yang asalnya menghidupkan. Merasakan dan menyenangkan hati semua orang.

          Sebagai bukti sejarah di pulau Tomia ada 2 tempat kenagan di masa lampau yaitu :

–         Tanah Wali (Desa Tano Wali) dan

–         Khayangan ( Desa Kahianga) sekarang ini.

Bisa disimpulkan bahwa pulau Tomia merupakan tamsila jadmaan (buah dada putrid khayangan Waliulah” yang penuh rahasia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TOMIA

DALAM HIKAYAT

 

          Tomia yang berada dalam gugusan pulau-pulau karang  wakatobi dikenal sebagai pulau yang memiliki penduduk  yang heterogen dan aktivitasnya. Dalam sebuah kisah lisan para tetua sebelum Tomia dikuasaai oleh kesultanan Buthon jauh pada tahun 1311 SM. Tomia masih dipimpin oleh seorang kuasa sakti mendraguna bernama “ LA KANAMUA” yang memiliki kemampuan merobek-robek manusia. La Kanamua yang digambarkan seperti raksasa besarnya memiliki kesaktian pada bagian telunjuk.

          La Kanamua bersekutu dengan penguma parang Binongko bernama “Kapiten Woloinali” dalam menjaga wilayah Tomia- Binongko. Namun mereka akhirnya di taklukan oleh penguasa perang dari kesultanan Buthon yang dipimpin oleh “Sapati La Baluali” .

          Dalam hikayat lisan wali-Binongko dapat di telusuri sejarah peperangan antara Sapati La Baluali dengan kapiten Woloinali yang menggambarkan bahwa sesungguhnya penguasaan Tomia dan Binongko melalui peprangan yang sengit. Pda akhirnya dalam rangkaian kepulauan wakatobi, Binongko yang terakhir ditemukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SI KERA

DAN

SI KURA-KURA

          Pada zaman dahulu kala ada seekor kera dan kura-kura. Suatu ketika mereka pergi kehutan, didalam perjalanan mereka menemukan sebatang pohon pisang. Merekapun memutuskan untuk mengambil pohon pisang tersebut, lalu pohon tersebut di bagi dua. Piker kera “ akan aku ambil ujungnya karena tentu akan lekas berbuah dan pangkalnya akan kuberikan pada kura-kura” lalu batang tersebut ditanam.

          Suatu ketika mereka bertemu.

Tanya kura-kura “ bagaimana keadaan pisangmu ?”

Kura-kura menjawab “ sudah tumbuh satu daun, bagaimana denganmu monyet?”

Samg Monyet menjawab “ matembole-ole idombaole-ole”

          Suatu ketika mereka bertemu lagi.

Monyet bertanya “ bagaimana pisangmu kura-kura ?”

Kura-kura menjawab “Sudah dua daun yang tumbuh, kalau pisangmu?”

Moyet menjawab “matembole-ole idombaole-ole”

          Setelah pertemuan itu, sebulan kemudian  mereka bertemu lagi. Dan masih menanyakan keadaan pisang mereka berdua.

“bagaimana pisangmu monyet ?”

“Sudah mati, batangnya saja sudah tidak kelihatan!.” ( dengan ekspresi menyesal!”)

“kalau aku, sudah matang!”

“Wah… kalau begitu ayo kita lihat”

          Mereka pun pergi ketempat ppisang tersebut. Sesampainya disana kura-kura mencoba untuk memanjat namun ia tidak bisa. “bagaimana caranya kau memanjatnya?”, Tanya si monyet. Kura-kura menjawab “ saya tidak bisa memnjat.” Kemudian monyet menawarkan diri untuk memanjatnya, “nanti kau berikan saya upah”. Kura-kura pun mengijinkan hal itu. Akhirnya si monyet cepat-cepat memanjat pisang itu. Sesampainya di atas, ia memakan buah pisang tersebut, dan pada saat kura-kura meminta monyet malah member kulitnya. Kata kura-kura “Monyet berikan saya satu”. Jawab monyet “ tunggu saya rasa dulu”. Setiap si kura-kura meminta monyet menjawab hal yang sama, malah hanya dilemparkan kuli pisang untuknya.

 

 

          Karena kura-kura sudah mulai jengkel dan marah dengan perbuatan si monyet, kura-kura segera mencari akal untuk membalas perbuatan si monyet, ia mencari bambu, kemudian diruncing dan ditanam namaun ditutupi dedaunan. Kata kura-kura “ monyet kau mau turun ditanah yang keras atau yang empuk?”. “saya mau turun di tempat yang empuk” jawab monyet. “ disini, lompatlah. Saya sudah siapkan”. Kemudian si monyet melompat dan tubuhnya tertusuk oleh bamboo-bambu itu.

          Tubuhnya dipotong-potong oleh kura-kura dan dijual ke sesame monyet “ Siapa yang mau beli dagingnya ikan komparu ditukar dengan gendang?” kata kura-kura saat menjual daging tersebut. Setelah di beli ia berkata “makan daging sesame monyet”, kata monyet-monyet “ kau bicara apa ?, mau dibunuh ya!.” Iapun di kejar, namun ia bersembunyi di balik batu(lubang). Karena tempat persembunyianya di ketahuai maka monyet menjatuhkan batu ke dalam lubang itu, kura-kurapun mati.

From → Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar